WELCOME

ENJOY THIS BLOG AND GOD BLESS

Selasa, 26 April 2011

KAUS BUTUT

Ada seorang tuan yang amat sangat kaya. Ia memiliki usaha perkebunan yang sangat maju. Satu ketika ia memutuskan beristirahat dari semua kegiatannya dan pergi ke benua lain untuk berlibur dalam jangka waktu lama. Ia hendak memberikan wewenang tugas yang diembannya selama ini kepada tiga orang kepercayaannya. Namun sebelum ia memberikan apa yang menjadi tugasnya kepada hambanya, ia melakukan suatu tes pada mereka. Ia ingin agar saat meninggalkan usahanya ia dapat dengan tenang menikmati liburannya dan agar usaha tetap berjalan dengan baik.
Karena tuan ini merasa berhutang pada ketiga hambanya ini maka ia akan memberi hadiah sekaligus menguji mereka. Ia menawarkan hadiah apa saja yang dapat dipenuhinya kepada ketiga orang ini, hambanya hanya perlu menyebut keinginan mereka dan tuan ini akan memberikan apa saja asalkan masih masuk di akal.
  • Hamba pertama berpikir dalam benaknya bahwa inilah saat terbaik ia menerima harta untuk semua kerja kerasnya selama ini. Ia meminta suatu pembayaran uang yang besar dan berniat untuk pensiun dini dan hidup sejahtera dengan uang banyak.
  • Hamba kedua juga berpikir dalam benaknya bahwa inilah saatnya ia menerima kedudukan tertinggi dalam perusahaan tuannya. Ia lalu meminta kepada tuannya untuk menerima jabatan tertinggi demi karir yang dirindukannya.
  • Hamba ketiga begitu bingung dengan tawaran ini. Ia telah bekerja keras dan begitu menikmati apa yang dilakukannya. Ia hidup dengan keluarga sederhana namun bahagia. Ia begitu malu untuk mengajukan permintaan. Akhirnya ia mengajukan untuk dapat tetap menjadi hamba kepercayaan tuannya.
Karena bentuk rasa terimakasihnya selama ini maka ia akan memberikan semua yang diminta hambanya. Hamba pertama menerima uang yang begitu banyak, saat itu ia langsung pensiun dari usaha tuannya. Hamba kedua menerima jabatan untuk mengawasi semua perkebunan selama tuannya ini pergi. Dan hamba ketiga karena ketulusan hatinya ia menerima jabatan terbaik sebagai pemegang uang tuannya dan penjaga gudang kekayaan tuannya. Setelah ia melimpahkan tugas, tuan ini pergi ke luar negeri untuk beberapa tahun.

Semua usaha perkebunan tuan ini berlangsung dengan baik di tangan kedua hamba kepercayaan. Tapi ada satu bentuk iri hati dalam hidup hamba kedua. Ia begitu iri melihat hamba ketiga ini dapat keluar masuk dengan bebasnya ke dalam gudang uang dan kekayaan tuannya. Ia ingin menjatuhkan hamba ketiga ini saat tuannya pulang kelak. Ia mencari jalan untuk ini dan menemukan keanehan yang dilakukan hamba ketiga. Hamba kedua melihat keanehan, yaitu hamba ketiga selalu memasuki gudang kekayaan tuannya dengan membawa tas. Hamba kedua menyadari keanehan ini dan mencurigai hamba ketiga telah mengambil kekayaan tuannya.

Lalu pulanglah tuan kaya setelah beberapa tahun berlibur. Ia begitu gembira melihat semuanya berjalan dengan baik. Namun ia begitu terkejut mendengar laporan hamba kedua. Ia menerima laporan tentang kecurigaan pada hamba ketiga yang telah mencuri harta tuannya selama tuan ini pergi karena ia selalu membawa tas ke dalam gudang kekayaan tuannya. Mendengar laporan hamba kedua ini, tuan ini begitu marah dan kemudian menjebloskan hamba ketiga ini kedalam penjara.

Namun tuan kaya ini begitu gelisah, hatinya merasa tidak tenang dengan semua yang dilakukannya. Ia kemudian mulai menghitung semua yang dimilikinya di gudang kekayaannya. Ia merasa adanya keanehan. Tidak ada uang emasnya yang hilang, tidak ada perhiasan yang berkurang dan uangnya semakin bertambah banyak. Ia merasa telah membuat kesalahan dengan menjebloskan hamba ketiga ini ke penjara. Lalu ia memerintahkan mengeluarkan hamba ketiga ini dari penjara dan menanyakan mengapa hamba ketiga ini selalu membawa tas di saat memasuki gudang kekayaan seturut laporan hamba kedua.
Hamba ketiga ini kemudian mengatakan demikian : "Hamba adalah seorang yang telah bekerja pada tuan selama ini". "Hamba telah menerima banyak kebaikan dari tuan dan tuan telah memelihara keluarga hamba dengan segala kebutuhan yang diperlukan". "Setelah begitu lama hamba bekerja keras pada tuan akhirnya tuan mengangkat hidup hamba, memberikan anugerah dengan memberikan apa saja yang dapat hamba minta!". "Namun hamba tidak meminta apa-apa, hamba merasa tidak layak menerima sesuatu yang besar namun tuanku memberi kepercayaan yang besar sebagai pengelola kekayaan tuanku". 

"Disaat pertama kali hamba bekerja, hamba memang dipenuhi ketakutan untuk berbuat kesalahan!". "Namun kemudian setelah hamba terbiasa masuk dalam ruangan kekayaan tuanku, hamba tergoda untuk mengambil harta tuanku dan berlaku tidak setia pada tugas yang tuanku berikan". "Di saat itulah hamba sadar, dan hamba takut untuk berbuat dosa". "Mulai dari hari itulah hamba selalu membawa tas setiap kali hamba masuk ke dalam gudang tuanku!". "Setiap kali hamba tergoda untuk mengambil uang tuanku dan memasukkan harta tuanku ke dalam tas tersebut, hamba selalu melihat ke dalam isi tas dan disadarkan kembali untuk mengembalikan uang itu".

"Sesungguhnya hambamu ini selalu membawa tas yang berisi ‘kaus butut'. Hambamu sadar saat ini hambamu telah memakai jubah yang baik setelah tuanku anugerahkan kepercayaan yang besar kepada hambamu ini!". "Saat hambamu ini hendak mencoba tidak setia, hambamu ini selalu teringat tentang masa lalu hambamu, betapa miskin dan kotornya hambamu dulu". "Isi tas hambamu selama tuanku pergi hanyalah kaus butut yang dahulu hambamu pakai saat hamba bekerja keras di kebun, untuk mengingatkan agar hambamu ini selalu rendah hati dan sadar ketika hamba ditinggikan".

Karena apa yang ada dalam hati dan perbuatan hamba ketiga ini begitu tulus, tuannya kemudian menaikkan dia pada tugasnya yang lama sebagai pengelola kekayaannya. Hamba tulus dan rendah hati juga menerima jabatan sebagai pengurus perkebunan tuannya menggantikan hamba kedua yang hatinya dipenuhi kedengkian dan iri hati.

Rabu, 20 April 2011

Sebuah Hadiah dari Tuhan : Sahabat

Hari itu adalah hari pertama saya masuk SMA, saya melihat seorang anak dari kelas saya pulang sekolah dengan membawa semua bukunya. Namanya Kyle. Saya berpikir, “Mengapa dia membawa pulang semua bukunya di hari Jumat? Pasti dia orang yang aneh.”

Saya sendiri sudah memiliki rencana untuk akhir minggu ini, pesta dan nonton pertandangan sepakbola. Jadi saya mengangkat bahu saya dan kembali berjalan pulang.

Dalam perjalanan, saya melihat beberapa anak lain berlari melewati Kyle dan menyenggolnya. Kyle terjatuh, buku-bukunya berhamburan, kacamatanya terlempar dan saya berdiri sekitar sepuluh kaki di belakangannya. Saya melihat matanya terlihat sangat sedih. Hati saya merasa kasihan, jadi saya mendekatinya dan membantunya bangun.

Saat saya menemukan kaca matanya dan memberikan kepadanya, saya berkata, “Anak-anak itu pecundang. Mereka harusnya agak menjauh tadi.”

Dia menatap saya dan berkata, “Terima kasih!” Terlihat sebuah senyum yang besar di wajahnya.

Senyum itu benar-benar tulus yang mengungkapkan rasa terima kasih. Saya membantunya memunguti bukunya yang berhamburan, dan bertanya dimana dia tinggal. Ternyata dia tinggal tidak jauh dari saya. Tapi saya belum pernah melihat dia di lingkungan saya sebelumnya, jadi saya bertanya. Kyle mengatakan dia sebelumnya mengikuti sekolah khusus.

Sepanjang perjalanan pulang, kami banyak berbincang dan saya membawakan beberapa bukunya. Ternyata dia anak yang cukup asik. Saya mengajaknya untuk bermain bola Sabtu besok dengan teman-teman saya, dan dia menjawab, “ya.”

Semakin saya mengenal Kyle, semakin saya suka dengannya. Selama empat tahun kemudian, kami menjadi teman baik. Hingga hari kelulusan menjelang, Kyle yang lulus dengan nilai terbaik diminta untuk menyampaikan pidato perpisahan. Saya sangat bersyukur, bukan saya yang diminta untuk menyampaikan pidato itu.

Pada hari kelulusan saya bertemu dengan Kyle. Dia terlihat sangat hebat. Dia adalah salah satu dari pria-pria yang favorit semasa SMA. Sangat bersemangat dan terlihat gagah dengan kacamatanya. Lebih banyak gadis yang menyukai dia dari pada saya. Terkadang saya iri juga kepadanya.

Saya lihat dia sangat gugup menjelang pidatonya, jadi saya pukul dia dari belakang, “Hei bung, kamu pasti hebat!” Dia melihat saya dan tersenyum. “Terima kasih,” ungkapnya.

Ketika dia mulai berpidato, dia menarik nafas panjang dan mulai berkata, “Kelulusan adalah waktu untuk berterima kasih kepada mereka yang menolong kita menjalani tahun-tahun yang berat. Orang tua Anda, guru Anda, saudara Anda, mungkin pelatih.., tetapi yang terutamama adalah teman-teman. Saya disini untuk memberi tahu Anda bahwa menjadi teman seseorang adalah hadiah terindah yang bisa Anda berikan. Saya akan menceritakan sebuah cerita kepada Anda.”

Saya hanya memandang sahabat saya itu dengan rasa tidak percaya, ketika ia menceritakan perjumpaan pertama kali kami saat ia jatuh dengan buku-bukunya itu. Saat itu dia sedang merencanakan untuk bunuh diri di akhir minggu itu. Dia mengatakan sengaja membawa semua benda miliknya pulang, sehingga ibunya tidak perlu lagi melakukannya nanti. Dia memandang lurus pada saya dan tersenyum, “Untunglah saya diselamatkan. Sahabat saya telah melakukan sesuatu yang tidak terkatakan.”

Saya mendengar tepuk tangan dari kerumunan bagi pria gagah yang menceritakan masa terlemah dalam hidupnya itu. Saya melihat ayah dan ibunya memandang saya dengan senyuman penuh terima kasih. Hingga saat ini, saya tidak pernah tahu bahwa apa yang saya lakukan ternyata berdampak begitu besar.

Jangan pernah menganggap remeh tindakan-tindakan kecil Anda yang Anda lakukan, karena tanpa Anda sadari hal tersebut mengubah kehidupan orang lain. Tuhan menaruh dalam hidup setiap oprang untuk memberi dampak bagi kehidupan orang lain dengan berbagai cara yang unik. Jadi setiap kali Anda melihat kesempatan untuk berbuat baik, lakukanlah dengan sebuah ketulusan dan sukacita. Anda tidak akan pernah tahu bahwa senyuman Anda atau uluran tangan Anda telah menyelamatkan jiwa seseorang.

Minggu, 17 April 2011

Lepaskan Kepalanmu

Di suatu hutan hiduplah sekelompok monyet. Pada suatu hari tatkala mereka tengah bermain, tampak oleh mereka sebuah toples kaca berleher panjang dan sempit yang bagian bawahnya tertanam di tanah. Di dasar toples itu ada kacang yang sudah dibubuhi dengan aroma yang disukai monyet. Rupanya toples itu adalah perangkap yang ditaruh di sana oleh seorang pemburu.
 
Salah seekor monyet muda mendekat dan memasukkan tangannya ke dalam toples untuk mengambil kacang-kacang tersebut. Akan tetapi tangannya yang terkepal menggenggam kacang tidak dapat dikeluarkan dari sana karena kepalan tangannya lebih besar daripada ukuran leher toples itu. Monyet ini meronta-ronta untuk mengeluarkan tangannya itu, namun tetap saja gagal.

Seekor monyet tua menasihati monyet muda itu: "Lepaskanlah kepalanmu atas kacang-kacang itu! Engkau akan bebas dengan mudah!" Namun monyet muda itu tidak mengindahkan anjuran tersebut, tetap saja ia bersikeras menggenggam kacang itu.
Beberapa saat kemudian, sang pemburu datang dari kejauhan. Sang monyet tua kembali meneriakkan nasihatnya: "Lepaskanlah kepalanmu sekarang juga agar engkau bebas!" Monyet muda itu ketakutan, namun tetap saja ia bersikeras untuk mengambil kacang itu. Akhirnya, ia tertangkap oleh sang pemburu.

Demikianlah, kadang kita juga sering mencengkeram dan tidak rela melepaskan hal-hal yang sepatutnya kita lepaskan: kemarahan, kebencian, iri hati, ketamakan dan sebagainya. Apabila kita tetap tidak bersedia melepas, tatkala kematian datang "menangkap" kita, semuanya sudah terlambat.

Sabtu, 09 April 2011

Harga Sebuah Mujizat

Sally baru berumur 8 tahun ketika dia mendengar ayah dan ibunya berbicara tentang kakaknya Georgi. Kakaknya sakit keras dan mereka telah melakukan semuanya untuk menyelamatkan nyawanya. Hanya pengobatan yang  sangat mahal yang dapat menolongnya sekarang tapi itu tidak mungkin karena kesulitan keuangan keluarga tersebut.
 Sally mendengar ayahnya berkata, hanya mukjizat yang dapat menyelamatkan kakaknya. Sally masuk ke kamarnya dan mengambil celengan yang disimpannya, menjatuhkannya ke lantai dan menghitungnya dengan hati-hati. 3 kali dihitungnya hingga benar-benar yakin tidak salah menghitung jumlah uangnya. Dia memasukkan uang koin tersebut ke dalam saku sweaternya dan menyelinap meninggalkan rumahnya untuk menuju ke sebuah toko obat. Dengan penuh kesabaran, ditunggunya si apoteker yang tengah sibuk berbicara dengan seorang pria. Si apoteker tidak melihatnya karena dia begitu kecil. Hal itu membuat Sally bosan dan dia menghentak-hentakan kakinya ke lantai untuk membuat kebisingan. Si apoteker melongokkan kepalanya tapi juga tidak melihat si Sally kecil. 
 Akhirnya dia keluar dan menemui Sally.  “Apa yang kau mau?”  tanya si apoteker dengan keras. “Saya sedang berbicara dengan saudara saya.” 
 “Baik, saya ingin berbicara tentang kakak saya,” Sally menjawab dengan nada yang sama “Dia sakit, dan saya ingin membeli mukjizat.” 
 “Maaf, apa yang kamu katakan ?” kata si apoteker. 
 “Ayah saya berkata hanya mukjizat yang dapat menyelamatkan kakak saya, nah sekarang  berapa harga mukjizat itu ?” 
 “Kami tidak menjual mukjizat di sini, anak kecil. Saya tidak dapat menolongmu.”
 “Dengan, saya mempunyai uang untuk membelinya jadi katakan saja berapa harganya,”  kata Sally dengan lantang.
Seorang pria berpakaian rapi duduk jongkok di hadapan Sally dan bertanya,”Mukjizat jenis apa yang dibutuhkan saudaramu?”
 “Saya tidak tahu,” jawab Sally. Airmata mulai mengalir di pipinya “Yang saya tahu, dia benar-benar sakit dan ayah saya berkata hanya mujizat yang dapat menyembuhkannya.”
 “Berapa banyak yang kau punya?” tanya pria itu. “Satu dollar 11 sen,”  jawabnya dengan bangga. “Dan inilah semua uang yang  saya punyai didunia ini.”
 “Wah, suatu di luar logika,” senyum pria tadi 1 dollar 11 sen. Harga yang tepat untuk sebuah mukjizat.
Dia mengambil uang itu, lalu dengan tangan yang satunya membimbing tangan anak kecil itu sambil berkata,”Bawa aku ketempat kamu tinggal, aku ingin bertemu dengan kakak dan orangtuamu”.
Pria berpakaian rapi itu adalah Dr. Carlton Armstrong, seorang spesialis bedah. Dia terharu pada perjuangan Sally kecil yang masih 8 tahun dalam mencari mujizat dengan uang celengannya. Dr. Carlton Armstrong merasa tergerak oleh belas kasihan untuk membantu operasi bedah dalam penyembuhan kakak Sally. Operasi berjalan sempurna dan Georgi, kakak Sally diselamatkan. Sebuah operasi yang luar biasa dan ajaib karena keluarga Sally tidak perlu mengeluarkan uang, selain tabungan Sally yang diberikan kepada dokter itu.

Rabu, 06 April 2011

Tujuan Membuat Blog

Tujuan saya membuat blog ini adalah

Pertama karena ini adalah tugas dari mata kuliah Komunikasi Bisnis (semoga ajah bisa membantu nilai hehehe) dan jujur sampe 5 menit sebelum saya membuat blog ini,saya masih gak tau kenapa harus membuat blog ini (selain karena tuntutan mata kuliah).

Kedua akhirnya saya bisa mengerti melalui blog ini saya bisa membagikan apapun . Sebelumnya saya sering membagikan artikel-artikel yang membangun melalui Facebook sekarang dengan adanya blog ini saya jadi merasa lebih mudah membagikan apapun yang ingin saya share ke orang-orang.

Ketiga blog ini bisa saya jadikan sarana untuk mengungkapkan semua hal yang saya alami setiap harinya. Ketika saya merasa sukacita karena berkat Tuhan saya bisa share ke orang biar merekapun bisa merasakan kebahagiaan yang saya alami,dan ketika saya dalam keadaan yang kurang baik dan menghadapi banyak masalah saya berharap mendapat dukungan dan doa dari banyak orang.

Keempat Semoga blog ini bisa menjadi berkat buat orang lain, dan membuat banyak orang bisa tersenyum.. =)